Hari itu hari Senin. Hampir semua rutinitas pagi hari sudah saya kerjakan. Setelah memakai stelan dengan atasan lengan panjang khas ala kantoran, saya segera memakai sepatu dan memakai jaket dan helm untuk bersiap berangkat ke kantor. Sebagai informasi saya menempuh jarak dari rumah ke kantor sejauh 15 km (menurut perkiraan saya) hampir setiap harinya. Sebenarnya saat itu pukul 7.15 sudah merupakan batasan waktu yang saya tetapkan agar tidak telat, dan memang biasanya jika saya berangkat lebih lama dari batasan waktu tujuh seperempat saya kemungkinan besar akan datang terlambat, meskipun ada saat saat di mana saya beruntung karena jalanan sepi di luar kebiasaan sehari hari.
Jam masuk kantor saya adalah jam 8 dan selalu ada absen (finger print) yang memastikan kami datang terlambat atau tidak. Kantor saya memiliki aturan bahwa jika seseorang datang terlambat lebih dari 2 kali berturut-turut maka akan ada sanksi berupa pemotongan gaji sekian persen. Saat saya berangkat memang sudah agak mepet waktunya dan agak kurang nyaman berkendara karena khawatir akan terlambat, ditambah kondisi hari itu hari Senin yang biasanya kondisi jalan lebih ramai.
Akhirnya setelah mengucap salam, Assalamualaikum, ke orangtua, istri serta anak saya, saya pun berangkat ke kantor. Baru saja sampai dan berhenti karena lampu merah di persimpangan Cipete Raya yang mau masuk ke Antasari, saya melihat kendaraan sudah mulai padat. Saat itu saya berpikir mungkin ini dikarenakan saya dekat dengan persimpangan sehingga yang terlihat banyak kendaraan yang jalannya melambat sebagai akibat antrian dari 3 arah yang masuk ke jalan Antasari, meskipun menurut saya keramaian ini bukan keramaian seperti hari-hari biasa. Setelah lampu hijau menyala, saya melaju melewati persimpangan, saya melihat kendaraan mobil dan motor di depan saya lajunya mungkin tidak lebih dari 20km per jam (lambat). Sambil masih melaju lambat terhambat oleh kendaraan di depan, saya meliukkan motor saya ke lajur kanan untuk melewati motor dan mobil di depan kemudian saya bersiap membelok ke kiri, namun baru saja saya memasuki jalan yang membelok ke kiri di seberang hotel Amarossa dekat cucian mobil, saya terkejut dan agak ciut melihat kenyataan bahwa kendaraan di depan saya berdempet-dempet padat dan kondisinya nyaris berhenti karena suatu sebab yang saya sendiri tidak tau apa itu. Tidak ada celah sedikit pun untuk mendahului. Jangankan mendahului untuk melaju saja tersendat-sendat karena macet. Tidak ada lagi pikiran untuk datang tepat waktu hari itu dan yang saya pikirkan hanya bagaimana agar saya tidak terlambat jauh dari jam masuk kantor.
Saya harus antri mengikuti arus motor di depan saya untuk jalan secara perlahan. Setelah melaju secara perlahan sejauh beberapa puluh meter, akhirnya saat saya akan melewati sebuah jalan kecil yang berada di sebelah kiri jalan Antasari, saya belokkan motor saya ke kiri sebagai pilihan jalan alternatif mengikuti beberapa motor lainnya. Saya mempercepat laju motor saya serta tanpa tau akhir nya ke mana, saya mengikuti motor lain melalui jalan-jalan yang sempit dan berliku yang tidak saya kenal sebelumnya sehingga akhirnya saya masuk kembali ke jalan utama yang biasa saya lalui dan saya kenal.
Saat itu saya sudah sangat kesiangan (menurut perkiraan saya karena tidak tega atau khawatir melihat jam) dan masih berada di sekitar Antasari. Singkat cerita, akhirnya saya sampai juga ke kantor dan saya terlambat hampir 30 menit saat tiba di kantor. Baju saya basah oleh keringat setelah bermacet-macet ria. Saya diberitahu oleh teman saya yang kebetulan berdekatan rumahnya dengan saya bahwa jalan Antasari saat itu sedang ada galian sehingga jalan menyempit dan menyebabkan kemacetan parah. Padahal hari-hari sebelumnya masih berjalan normal alias tidak ada kemacetan yang separah hari itu.
Sebagai informasi bahwa kota Jakarta yang jumlah kendaraan bermotornya sudah mencapai angka di atas 10juta serta saat ini sedang dikebut berbagai pekerjaan konstruksi yang dapat menyebabkan sebagian jalan terpakai untuk pekerjaan proyek yang berpotensi menambah parah kemacetan, entah itu jalan layang, jalur kereta, pemasangan pipa atau kabel listrik, dan lain sebagai nya.
Begitulah pengalaman saya hari Senin di hari ke 19 bulan November yang mungkin juga pembaca banyak yang pernah mengalaminya namun belum tergerak untuk mengubah keadaan atau kebiasaan ini.
Berdasarkan pengalaman tersebut saya berusaha memetik hikmah dan ingin berbagi tips agar kita dapat terhindar dari pemborosan waktu akibat kemacetan serta dapat mengoptimalkan waktu saat berangkat kantor atau ke tempat kerja dengan sebaik-baiknya :
– Jadwalkan kedatangan Anda ke mana pun itu 15 menit sebelum waktu yang sesungguhnya. Misalkan Anda masuk kantor jam 8 maka rencanakan untuk masuk jam 7.45. Sehingga Anda memiliki waktu cadangan 15 menit jika ada kejadian yang tidak diinginkan
– Gunakan waktu cadangan Anda dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang mungkin belum sempat Anda lakukan dan menurut Anda berguna (seperti merencakan pekerjaan harian atau lainnya), tidak selalu hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan kantor.
– Berangkatlah lebih cepat saat kendaraan belum terlalu macet karena Anda dapat menghemat waktu perjalanan Anda dibanding jika keadaan jalan sudah macet. Sebagai perbandingan jika saya berangkat jam 7.05 dari rumah, saya hanya perlu waktu sekitar 35 menit untuk sampai ke kantor. Sedangkan jika saya berangkat jam 7.20 maka saya akan perlu waktu sekitar 60 menit atau lebih. Waktu yang dapat dihemat ini dapat digunakan untuk melakukan hal-hal lain yang bermanfaat ketimbang terbuang di jalan saat terkena macet.
– Sebisa mungkin gunakan kendaraan roda dua (motor), kereta atau kendaraan umum seperti busway sebagai kendaraan sehari-hari pulang pergi kantor
Saran terhadap pemerintah daerah khususnya wilayah ibukota :
– Sebagai saran saya terhadap pemerintah daerah agar sebaiknya ketika akan ada pekerjaan proyek tertentu kontraktor harus memberikan informasi bagi para pengguna jalan (berupa pemasangan spanduk atau plang) bahwa jalan akan diperbaiki dalam waktu tertentu dan diberikan informasi mengenai jalan alternatif yang dapat dilalui beberapa hari sebelumnya, sehingga pengguna jalan dapat mengantisipasi
– Satu lagi saran saya agar kendaraan berat sebaiknya dilarang masuk di jalan yang banyak dilalui kendaraan (yang dapat menimbulkan kemacetan) terutama di pagi hari sampai dengan jam 10
Demikian pengalaman dan tips menyikapi kemacetan dari saya, semoga bermanfaat bagi pembaca dan saya sebagai penulis.
- Surat an-Naziat: Arab, Latin dan Terjemahan - September 26, 2023
- Surat Quraisy: Arab, Latin dan Artinya - September 26, 2023
- Surat al-Fil: Arab, Latin dan Artinya - September 26, 2023
hidup di jakarta harus penuh dengan kesabaran