Pengertian dan Keutamaan Sikap Tenang dalam Islam

By | Oktober 31, 2020

Sikap tenang atau dalam bahasa arab disebut dengan “ta’anny” merupakan salah satu sifat yang terpuji di dalam agama islam. Sebab dengan sikap tersebut, seseorang bisa mendapatkan berbagai kebaikan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

Kutipan Islami tentang sikap tenang

Sampai-sampai dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan bahwa sikap tenang (ta’anny) datangnya dari Allah, dan sikap tergesa-gesa itu datangnya dari setan.

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita berhias dengan sikap tenang tersebut.

Dalam kondisi apapun, sikap tenang akan membantu seseorang untuk berfikir lebih jernih dan bertindak lebih tepat. Sebaliknya, sikap terburu-buru kebanyakannya memberikan hasil yang kurang baik.

Sebagai motivasi bagi kita semua agar bisa bersikap tenang, pada artikel kali ini saya akan membagikan beberapa kutipan kata bijak islami tentang sikap tenang yang datangnya dari para ulama islam.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari ucapan mereka, dan menjadikannya sebagai cambuk untuk merubah perilaku kita menjadi lebih baik dan lebih tenang.

Pentingnya Sikap Tenang Dalam Syariat Islam

Saking pentingnya sikap tenang di dalam islam, syariat datang memberikan anjuran dan dorongan untuk itu, di samping melarang dari sikap tergesa-gesa.

Oleh karena itu, Allah Azza Wajalla berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu : “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah An-Nisaa : 94).

Al-Imam Ath-Thobary Rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini :

“Fatabayyanuu (telitilah), yakni fataannauu (bersikaplah tenang dan tidak tergesa-gesa) dalam membunuh orang yang masih samar kondisinya bagi kalian, sehingga kalian tidak mengetahui hakikat keislaman dan kekafirannya. Janganlah kalian tergesa-gesa, sehingga kalian membunuh orang yang masih samar kondisinya bagi kalian. Janganlah kalian membunuh seseorang kecuali orang yang kalian ketahui dengan yakin kalau dia memerangi Allah dan rasul-Nya.” (Kitab Jaami’Al-Bayaan Fi Ta’wiil Al-Qur’an karya Ath-Thobary  9/70).

Disebutkan dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

“Sikap tenang (ta’anny) datangnya dari Allah, dan sikap tergesa-gesa itu datangnya dari setan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy [20767] dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahiih Al-Jaami’ [3011]).

Seorang sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang bernama Asyaj Abdul Qais Radhiallahu Anhu pernah dipuji oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam karena memiliki dua sifat yang terpuji. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Abbas Radhiallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepada sahabat tadi :

“Sesungguhnya padamu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah, yaitu al hilm (lapang dada) dan al-anaah (sikap tenang).” (Diriwayatkan oleh Muslim).

Baca juga tentang: Sabar, Takut, Sedekah, Bersyukur, Marah, Sederhana, Kutipan Ali Bin Abi Thalib.

Dalil dalil tentang Bersikap Tenang dalam Islam

Beberapa dalil yang telah saya sebutkan di atas semuanya menunjukkan betapa pentingnya sikap tenang di dalam islam.

Sebenarnya dalil-dalil dalam masalah ini masih sangat banyak, namun tidak memungkinkan untuk saya sebutkan semuanya pada artikel kali ini.

Namun, untuk melengkapi pembahasan, di bawah ini akan saya sebutkan beberapa dalil-dalil islami tentang sikap tenang dari pada ulama islam.

1.Al-Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata :

“Jika seseorang berpaling dari sikap tenang dan lemah lembut, maka dia akan berpaling kepada sikap tergesa-gesa, ceroboh, dan kasar atau kepada sikap meremehkan dan menelantarkan.Adapun sikap lemah lembut dan sikap tenang terletak di antara keduanya.” (Lihat Kitab Madaarijus Saalikin 2/296).

Perhatikan dalil islami tentang sikap tenang dari Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah di atas, terlihat jelas betapa pentingnya sikap tenang dan lemah lembut dalam segala sesuatu dan akibat jika berpaling dari kedua sikap tersebut.

Oleh karena itu, tatkala kita terjatuh ke dalam sikap tergesa-gesa, ceroboh, kasar, dan suka meremehkan atau menganggap enteng segala sesuatu, pertanda jauhnya kita dari kedua sikap terpuji yang disebutkan di atas (sikap tenang dan lemah lembut).

2.Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata :

“Tidak sepantasnya imam (penguasa) menyerahkan kepemimpinan perang kecuali kepada orang yang terpercaya agamanya, pemberani pada badannya, bersikap tenang, berakal dan memiliki wawasan luas dalam perang, tidak tergesa-gesa dan tidak gegabah…” (Sunan Al-Kubraa Lil Baihaqy).

Dalil tentang sikap tenang dari Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah di atas menunjukkan kriteria penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin atau panglima perang.

Kriteria tersebut tidak hanya pemberani, namun juga memiliki sikap tenang, berakal, dan memiliki wawasan tentang perang, termasuk dalam hal ini strategi perang.

Mengapa semua itu harus dimiliki oleh seorang pemimpin? Jawabannya agar sang pemimpin selalu bisa mengambil langkah terbaik dan terbijak di medan peperangan, agar kaum muslimin meraih kemenangan dan meminimalisir risiko kekalahan.

3.Al-Imam Abu Hatim Rahimahullah berkata :

“Orang yang merugi adalah orang yang rugi dari sikap tenang. Orang yang tergesa-gesa itu selalu melakukan kesalahan dan orang yang teliti selalu melakukan hal yang benar.” (Kitab Raudhatul ‘Uqalaa 1/218).

4.Al-Imam Ash-Shan’any Rahimahullah berkata :

“Tergesa-gesa adalah bersegera pada sesuatu dan hal itu tercela pada perkara-perkara yang dituntut untuk bersikap tenang padanya, dan terpuji pada perkara-perkara yang dituntut sikap bersegera padanya seperti bersegera kepada kebaikan dan semisalnya. Kadang dikatakan juga bahwa tidak ada pertentangan antara al-anaah (sikap tenang) dan al-musaara’ah (bersegera). Jika dia bersegera dengan sikap tenang maka sempurna baginya kedua perkara tersebut. Dhobitnya (batasannya) adalah sebaik-baik perkara yaitu yang pertengahan.” (Subulus Salaam 2/681).

5.Al-Imam Ibnu Athiyyah Rahimahullah berkata terkait firman Allah Azza Wajalla :

Raja berkata:

“Bawalah dia kepadaku.” Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangan-tangan mereka. Sesungguhnya Tuhanku, Maha mengetahui tipu daya mereka.” (Surah Yusuf : 50).

Beliau Rahimahullah berkata :

“Perbuatan dari Yusuf Alaihis Salam ini merupakan sikap tenang, sabar, dan menuntut berlepas diri dari tuduhan.” (Al-Muharrar Al-Wajiiz Fi Tafsir Kitab Al-Aziiz 3/252).

6.Al-Imam Malik bin Al-Mundzir bin Malik memberikan wasiat kepada anak-anaknya :

“Wahai anak-anakku, hendaknya kalian senantiasa bersikap tenang dan manfaatkan waktu  luang kalian sebaik mungkin, niscaya kalian akan memperoleh kemenangan.” (Kitab Al-Mujaasalah Wa Jawaahir Al-Ilm 6/306).

Demikianlah pentingnya sikap tenang di dalam islam, dalil-dalilnya dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta dalil islami tentang sikap tenang dari para ulama yang bisa saya bagikan pada artikel kali ini.

Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita semua bisa mengamalkan dan mewujudkan sikap tenang dalam kehidupan kita sehari-hari.

Lisnawati
Latest posts by Lisnawati (see all)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *