Pengalaman Memelihara Kucing Persia Tanpa Vaksin dan Kandang

By | Juni 24, 2018

Kami memiliki kucing persia yang bisa dikatakan peak nose alias hidung pesek di rumah. Kucing ini kami pelihara sejak berumur sekitar 3 bulanan.

Kucing berkelamin jantan dan berwarna kuning mirip garfield ini kami beri nama Gigsy.

Setiap harinya sejak dari kecil gigsy hampir tidak pernah kami kandangin.

Kecuali di awal-awal membeli, saat itu gigsy masih malu-malu dan suka lari ke sana ke mari sehingga akhir nya kami perlu mengurungnya di kandang kecil selama kurang lebih 5 hari.

Kami takut gigsy akan menyelinap ke luar pagar dan tidak kembali karena diambil orang atau tidak tau jalan pulang.

Selama dikandangi gigsy sangat rewel, seperti anak bayi yang merengek-rengek minta sesuatu, gigsy mengeong sekencang-kencangnya seolah-olah minta dilepas dari kandangnya.

Kami pun akhirnya tidak tega dan membiarkan gigsy bebas berkeliaran di dalam rumah dan teras belakang.

Sedari kecil gigsy sudah kami biasakan pups dan pis di sebuah bak yang kami isi dengan pasir khusus kotoran kucing.

Kami membeli pasir yang memiliki aroma yang wangi dan dapat menyerap.

Setiap pagi kotoran gigsy ini kami bersihkan agar tidak berbau dan menimbulkan bakteri.

Mengenai makannya kami memberikan makanan khusus kitten dibawah 1 tahun, mengikuti saran pemilik sebelumnya (termasuk brand yang disarankan) karena katanya mengandung banyak protein sehingga baik buat pertumbuhan.

Selain itu setiap pagi gigsy selalu makan kurma dan ubi rebus yang sedang dimakan oleh salah satu anggota keluarga kami dan diberikan kepadanya setiap hari.

Kami tidak tahu apakah ini bagus atau tidak buat kucing tapi yang pasti gigsy sangat suka dan cukup banyak juga makannya dan sampai sekarang sehat-sehat saja.

(update: banyak makanan yang mengandung karbohidrat tidak baik untuk kucing karena menurut referensi yang saya baca bisa berpotensi ke diabetes).

Kami sangat jarang memberi makanan tambahan seperti ikan mentah (bisa ikan salmon). Namun kami sempat menanyakan seorang pemilik kucing persia yang cukup besar kucingnya dan perawakannya mirip gigsy yang sempat kami temui di petshop, mengatakan agar kucingnya gemuk dia menambahkan makanan tambahan berupa daging ikan salmon mentah sekali seminggu.

Oh iya hal yang agak membuat kami khawatir adalah kebiasaan gigsy disuap ketika makan. Hal ini karena isteri saya sering menyuapinya dari kecil.

Baca Juga: Jenis kucing terbesar di dunia.

Jadi jika tidak disuap gigsy tidak akan makan makanannya, dan kebiasaan ini terus berlanjut sampai sekarang. Dengan kebiasaan ini gigsy menjadi sangat bergantung pada kami sekeluarga jika mau makan.

Buat kami tidak masalah menyuapinya, karena hampir setiap anggota keluarga kami senang pada gigsy.

Jadi jika kami sedang tidak di rumah, dapat dititipkan kepada anggota keluarga yang lain.

Namun kami khawatir kalau kami sedang pergi semua, gigsy sepertinya tidak akan memakan makanannya.

Selama dipelihara, Gigsy pernah bermasalah dengan kutu di badannya.

Pada badannya terlihat kutu meski dilihat dari jarak setengah meter.

Hal ini kemungkinan karena Gigsy sering berguling di tanah dan tidak kami mandikan selama 2 bulan.

Biasanya saat waktunya mandi, kami membawa gigsy ke salah satu petshop langganan yang menyediakan fasilitas memandikan kucing.

Biaya memandikan di sana di kisaran rata-rata (tidak mahal) untuk sekali datang, sudah termasuk dengan sampo anti kutu.

Namun kali ini keadaan Gigsy sudah cukup parah dengan kutunya (karena kelalaian kami juga), sehingga kami disarankan oleh petugas petshop agar dicukur abis bulunya, lalu dikasih luluran obat pembasmi kutu.

Gigsy juga terlihat agak kurus badannya karena selama kutuan kurang nafsu makan.

Kami pun setuju dengan saran untuk mencukur habis bulu gigsy yang setelah dicukur terlihat seperti kucing Sphinx.

Beratnya pun saat itu sekitar 2.5 – 3 kg, kurang dari berat normal minimal 3 kg.

Lambat laun (sekitar sebulan kemudian), badan Gigsy mulai ditumbuhi bulu dan keadaannya kembali normal dan kutunya pun sudah bisa dikatakan hampir hilang (meski tidak 100%).

Selama ini gigsy tidak pernah kami vaksin.

Bukan karena kami tidak mau keluar biaya untuk vaksin, tapi karena menurut kami vaksin tidak dapat menjamin kucing kami tetap sehat meskipun ini bukan rekomendasi dari dokter dan hanya merupakan pendapat pribadi.

Meskipun begitu kami juga sempat mendapat masukan dari petshop langganan kami bahwa jika tidak divaksin kucing persia akan sangat rentan terhadap penyakit termasuk yang mematikan.

Alhamdulillah, sampai saat ini gigsy yang tidak pernah divaksin belum pernah mengalami penyakit yang serius sehingga harus dibawa ke dokter hewan. Saat ini gigsy sudah berumur 3 tahun 2 bulan.

Setiap harinya sehabis makan pagi (masih tetap disuapin) gigsy akan kelayapan entah ke tetangga sebelah atau menyelinap di sudut ruangan sampai malam baru terlihat lagi.

Biasanya kalau sudah datang dia akan menggaruk-garuk pintu kamar untuk minta disuapin makan.

Setelah itu dia akan rebahan di dekat-dekat kami sambil mengeong-ngeong seperti minta dielus2 seperti umumnya kucing persia lainnya.

Demikianlah pengalaman kami memelihara kucing persia, semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca yang berniat memelihara kucing jenis ini.

Terimakasih sudah berkunjung di bukuuntukindonesia.com.

(Update: Saat ini Gigsy sudah tidak lagi bersama kami, kemungkinan karena diambil orang karena kebiasaannya kelayapan keluar rumah).

Lisnawati
Latest posts by Lisnawati (see all)

2 thoughts on “Pengalaman Memelihara Kucing Persia Tanpa Vaksin dan Kandang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *